Jumat, 25 Oktober 2019

Pengembangan SIK

Alur Proses Pasien Rawat Jalan Di Instalasi Rawat Jalan




SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan,  maka strategi pengembangan SIKNAS adalah :
  1. Integrasi sistem informasi kesehatan yang ada
Pengertian terintegrasi tidak bermaksud mematikan/ menyatukan semua sistem informasi yang ada. Sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila digabungkan akan disatukan. Sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa pengembangan: pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas dan mekanisme saling hubung. Dengan integrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan sinergis membentuk SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik. Otaritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Mekanisme saling hubung, khususnya dengan Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan akan menjamin dapat dilakukannya pengolahan dan analisis data secara komprehensif.
Strategi pengembangan SIKNAS :
  1. Integrasi SIK yang ada
  2. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama data dan informasi terintegrasi
  3. Fasilitas pengembangan SIK daerah
  4. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat
  5. Pengembangan TI dan SDM
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapa menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
  2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain.
  3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
  4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
  5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
  6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
  7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.
  8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
  9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
  10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
  11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
REPORT THIS AD
Analisis dan Perancangan dari sistem integrasi dari beberapa sub sistem yang heterogen adalah sebagai berikut:
  1. Integrasi antara Sistem Kependudukan dengan Sistem Puskesmas.
  2. Integrasi antara Sistem Kependudukan dan Sistem Rumah Sakit.
  3. Integrasi antara Sistem Puskesmas dengan Sistem Dinas Kesehatan.
  4. Integrasi antara Sistem Rumah Sakit dengan Sistem Dinas Kesehatan.
  1. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing) data dan informasi terintegrasi
Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat signifikan, yaitu:
  1. Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan dan pemantauan ketersediaan obat
  2. Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten / kota ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan (kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dan terkoordinasi.
  3. Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada, seperti program pemberantasan malaria
  4. Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang sudah berjalan seperti ketenaga kesehatan ( Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain )
  5. Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional ( seperti Survei Kesehatan Nasional ), maupun yang berskala provinsi dan Kabupaten / Kota ( SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan )
  1. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di unit-unit pelayanan kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK kabupaten / kota, dan SIK provinsi. Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ) di Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :
  1. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.
  2. Mengolah data.
  3. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
  4. Memelihara bank data.
  5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien .dan manajemen unit puskesmas.
  6. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Kesehatan di rumah sakit  memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :
  1. Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit ( penerimaan pasien, lama rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu dan lain-lain )
  2. Memantau kondisi finansial rumah sakit ( cost recovery).
  3. Memantau pelaksanaan sistem rujukan.
  4. Mengolah data.
  5. Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/ Pemerintah setempat.
  6. Memelihara bank data.
  7. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen unit rumah sakit.
  8. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten / Kota memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :
  1. Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan dan sumber-sumber lain
  2. Menyelenggarakan survei / penelitian bilamana diperlukan.
  3. Membuat profil kesehatan kabupaten / kota untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Kabupaten / kota untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Kabupaten / Kota sehat.
  4. Mengirim laporan berkala / profil kesehatan kabupaten / kota ke dinas kesehatan provinsi setempat dan pemerintah pusat.
  5. Memelihara bank data.
  6. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten / kota.
  7. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Kesehatan propinsi memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :
  1. Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi dan sumber-sumber lain
  2. Menyelenggarakan survei / penelitian bilamana diperlukan
  3. Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian propinsi sehat
  4. Mengirim laporan berkala / profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat
  5. Memelihara bank data
  6. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
  7. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
REPORT THIS AD
Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu membantu menata sistem kesehatannya, membantu pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, rekruitmen, dan pelatihan tenaga kesehatan.
  1. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen
Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali dengan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan data dan informasi kesehatan. Misalnya dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD harus dapat disajikan, kemasan-kemasan data dan informasi yang menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan kerugian yang diakibatkannya. Pembahasan rancangan anggaran harus disajikan kemasan data dan informasi tentang cost benefit dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan. Selain itu dikembangkan pula publikasi berkala cetak atau elektronik atau akses online
  1. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat
Melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng kebijakan dan strategi pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota dikembangkan beragai strategi, Salah satu strategi yang digunakan SIKNAS adalah dengan Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.
Publikasi berkala data dan informasi kesehatan dapat diperluas jangkauan distribusinya sampai kepada individu-individu atau kelompok masyarakat yang membutuhkan. Demikian pula dengan akses online terhadap Bank Data, walaupun untuk data tertentu seperti data historis pasien dan tenaga kesehatan, keamanannya harus dijaga.
Dalam hal ini pemanfaatan fasilitas intranet dan internet perlu mendapat perhatian mengingat penggunaannya sudah meluas di kalangan masyarakat. Sangat penting bahwa memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya diwilayah kerjanya. Untuk ini Departemen Kesehatan juga dapat membantu daerah melalui penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional pengelola data dan informasi kesehatan. Juga dengan melakukan sosialisasi secara nasional tentang pelayanan data dan informasi kesehatan bagi masyarakat.
Sistem informasi kesehatan propinsi memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
  1. Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi dan sumber-sumber lain
  2. Penyelenggaraan survei penelitian bilamana diperlukan
  3. Membuat profil kesehatan provinsi untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian provinsi sehat
  4. Mengirim laporan berkala dan profil kesehatan provinsi ke pemerintah pusat
  5. Memelihara bank data
  6. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien dan manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten dan kota
  7. Memberikan pelayanaa data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan  lainnya diwilayah kerjanya dan fasilitas pengembangan sistem informasi kesehatan daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu membantu menata sistem kesehatannya dan membantu pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, rekruitmen dan pelatihan tenaga kesehatan.
  1. Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi
Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi berlangsung paralel dengan kegiatan 3,4 dan 5. Depkes menyusun Rencana Induk Penataan Kerangka Teknologi Informasi (Information Technology Framework Rearrangement Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia Informasi (Information Human Resource Development Master Plan). Depkes juga menerbitkan standar dan pedoman, serta advokasi agar terpenuhi sesuai rencana induk.

Upaya pengembangan SIK harus dimulai dengan kegiatan penilaian secara menyeluruh kondisi sistem kesehatan yang ada serta kebutuhan terhadap pengembangan ke depan. Assessment tersebut akan menilai determinan teknis SIK yang meliputi:
  1. Input data: yang mencakup keakuratan dan kelengkapan pencataan dan pengumpulan data. Di tingkat puskesmas, akurasi dan kelengkapan format berbagai laporan seperti LB1, LB3, laporan wabah, laporan obat maupun sistem informasi tenaga kesehatan perlu dikaji secara mendalam.
  2. Analisis, pengiriman dan pelaporan data: meliputi efisiensi, kelengkapan dan mutunya di semua tingkatan.
  3. Penggunaan informasi: meliputi pengambilan keputusan dan tindakan yang diambil berkaitan dengan kebijakan di tingkat unit pelayanan perorangan/masyarakat, program maupun pengambil kebijakan tingkat tinggi
  4. Sumber daya sistem informasi.

Senin, 23 September 2019

Pengaplikasian Sistem Informasi Kesehatan

Pengaplikasian sistem informasi di bidang kesehatan

Pertumbuhan teknologi komunikasi dan informasi telah menyentuh banyak lapisan kehidupan, termasuk didalamnya sektor kesehatan. sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi sistem informasi masih merupakan bagian kecil.
Kehadiran dan kemajuan teknologi komputer dan teknologi informasi saat ini telah membawa manfaat yang luar biasa dalam menghadirkan informasi dan memberikan sarana komunikasi yang efektif dan efisien. maka pengembangan e-health merupakan salah satu bentuk peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Dalam berbagai hal, e-health dapat meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas dan efektifitas dari pelayanan yang diberikan. Aplikasi atau solusi e-Health meliputi produk, sistem dan pelayanan yang menjadi lebih sederhana dengan aplikasi berbasis internet. E-health meliputi aplikasi untuk para profesional dan otoritas kesehatan yang lebih baik daripada sistem kesehatan pribadi untuk masyarakat dan pasien.
Dewasa ini rekam medis merupakan salah satu topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat sebagai dampak dari kasus ‘Prita’ beberapa waktu yang lalu. Kasus ini seakan membuka mata masyarakat khususnya pasien rumah sakit bahwa rekam medis merupakan hak pasien untuk mengetahui status kesehatan atau penyakitnya. Rekam medis menyimpan sejarah lengkap kesehatan seorang pasien, diagnosa yang akurat sangat bergantung pada informasi historis rekam medis pasien. Idealnya, setiap orang mempunyai historis rekam medis longitudinal, yang menyimpan catatan kesehatan sejak lahir. Rekam medis ini menyimpan informasi kesehatan, baik penyakit yang pernah diderita maupun catatan kondisi kesehatan, sejak kelahiran seorang pasien. Informasi medis ini akan sangat membantu seorang dokter mengetahui status atau kondisi kesehatan seorang pasien. Di Indonesia, rekam medis longitudinal masih menjadi tanggung jawab pasien, karena Indonesia belum memiliki regulasi tentang standar untuk pengelolaan dan penyimpanan rekam medis. Hal ini tentu saja menyulitkan pasien untuk memiliki historis rekam medis yang lengkap.
Persoalan lain yang ada di Indonesia terkait dengan pengelolaan data historis kesehatan pasien, dimana sebagian besar rumah sakit dan instansi kesehatan masih menyimpan data kesehatan format teks saja. Sedangkan data citra medis seorang pasien belum terintegrasi dengan data historis pasien dan disimpan independen. Alasan utama penyimpanan yang terpisah antara data tekstual dan citra medis ini adalah karena keterbatasan kapasitas penyimpanan dan bandwith telekomunikasi yang diperlukan jika data tersebut harus diakses lewat jaringan. Infrastruktur telekomunikasi di Indonesia saat ini belum mendukung wide bandwith yang sangat penting untuk pertukaran data citra medis. Oleh karena itu, pengembangan metode kompresi citra medis berasio kompresi tinggi yang mampu mempertahankan informasi penting, sangat diperlukan dalam rangka mengintegrasikan data citra medis dengan data pasien serta mendukung pertukaran data teks dan citra medis antara berbagai penyedia layanan kesehatan khususnya rumah sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan andal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas, tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses pelayanan di rumah sakit. Banyaknya variabel di rumah sakit turut menentukan kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan rumah sakit.
Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting dalam mewujudkan suatu sistem informasi di rumah sakit. Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Dengan dukungan teknologi informasi yang ada sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih akurat
Penerapan suatu Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan solusi penerapan Teknologi Informasi bidang kesehatan, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) merupakan suatu tatanan yang terkait dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Sistim Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting bahkan bisa dikatakan mutlak untuk operasional rumah sakit. Berbagai pengalaman rumah sakit yang menggunakan sistim administrasi konvensional menunjukan banyaknya kehilangan kesempatan memperoleh laba akibat dari lemahnya koordinasi antar departemen maupun kurangnya dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi
Sebuah sistem informasi rumah sakit idealnya mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal (medis), keuangan, serta manajemen yang nantinya merupakan sub sistem dari sebuah sistem informasi rumah sakit. Sub sistem ini merupakan unsur dari sistem informasi rumah sakit yang tugasnya menyiapkan informasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ada untuk menyederhanakan pelayanan pada suatu rumah sakit.
Beberapa manfaat yang dapat dirasakan pada penerapan SIMRS adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaaan tagihan kepada mitra/pihak ke-3, misalnya, memakan waktu sampai 1 bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja membuat efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan SIM, ketika aliran kerja belum lancar, peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukkan data dengan akurasi entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data, apabila dulu dengan sistem manual orang harus mencek satu demi satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama, maka SIMRS akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini menjaga agar user lebih teliti.
Keuntungan lain adalah terhadap integrasi data di setiap unit. Bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminstrasi dan menjamin konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah sakit.
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga memudahkan analisa mereka terhadap biaya rumah sakit.
Implementasi SIMRS juga berpengaruh positip terhadap setiap pelaporan. Dengan adanya SIM, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.

Selain beberapa manfaat tersebut di atas, SIMRS juga memberikan keuntungan lain diantaranya :
Budaya Kerja

Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal seperti itu menjadi berubah.
Hal ini dapat terjadi karena SIMRS terintegrasi dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien tersebut. Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya, maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada pasien-pasien yang menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan dalam implementasi SIMRS di suatu Rumah Sakit, karena dasar perhitungan imbalan jasa medik untuk dokter dan perawat dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di SIM, maka dokter yang berkepentingan dengan data tersebut menjadi supervisor data yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya adalah, sedikit sekali data yang salah dimasukkan.

Transparansi

SIMRS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif yang ada, data yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.
Koordinasi antar unit (Team working)
Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit layanan yang lain, misalnya kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang digunakan secara intensif oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi kekacauan data referensi.

Pemahaman sistem

Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang mengetahui atau perduli dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi dengan sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data sampai datang kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain. Ketika terjadi kesalahan setiap user berusaha mencari tempat terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang disalahkan. Efeknya adalah mereka menjadi paham bagaimana sistem di rumah sakit tersebut bekerja.

Mengurangi biaya administrasi

Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi meningkat. Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian dianalisa, maka dengan SIMRS analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudah benar baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan yang cukup signifikan dalam jangka panjang.
Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta political will dari pimpinan rumah sakit maupun pemilik RS / Pemerintah.
Apabila pekerjaan pengembangan SIMRS tersebut akan diserahkan kepada konsultan, maka kewajiban dan tanggung-jawab konsultan sebagai mitra kerja RS adalah harus secara profesional memberikan data dan analisa yang obyektif dan berupaya maksimal untuk keberhasilan implementasi SIMRS.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa :
• Sistim Informasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
• Sistim Informasi dapat menjaga standar praktek medis yang baik dan benar.
• Sistim Informasi dapat menjadi alat koordinasi yang sangat efektif.
• Sistim Informasi dapat menjadi fungsi kontrol yang konsisten.
• Sistim Informasi dapat meningkatkan pendapatan.
dari berbagai sumber……..

Komponen Sistem Informasi Kesehatan

Komponen Sistem Informasi

Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1.    Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2.    Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
3.    Health worksforce (tenaga medis)
4.    Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5.    Health information system (sistem informasi kesehatan)
6.    Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)



Teori Hirarki Database

HIRARKI DATABASE

Hirarki data meliputi bit, byte, ruas (field), cantuman (record), dan berkas (file), yang merupakan unsur-unsur suatu database. Data dapat dikelompokkan menurut hirarki kategori, masing-masing terus meningkat ke yang lebih kompleks. Hirarki penyimpanan data terdiri dari tingkatan data disimpan: bit, byte (karakter), field, record, file, dan database. 

1.         DatabaseAdalah kumpulan informasi yang disusun berdasarkan cara tertentu dan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dengan sistem tersebut data yang terhimpun dalam suatu database dapat menghasilkan informasi yang berguna

Sifat-sifat database :
ü     Internal        :  Kesatuan (integritas) dari file-file yang terlibat.
ü     Terbagi/share :  Elemen-elemen database dapat dibagikan pada para user baik secara sendiri-sendiri maupun secara serentak dan pada waktu yang sama (Concurrent sharing).

a.   Database Terpusat
(Centralized database) memiliki semua file yang saling berhubungan dalam suatu lokasi penyimpanan . file-file database di tempatkan di komputer mainframe (komputer Pusat). Dengan ini tidak hanya memperkecil biaya dalam hubungan dengan beberapa komputer tapi juga memberikan database admin (DBA) dengan kemampuan untuk bekerja pada database dalam satu lokasi saja. Semua file tidak bisa di akses kecuali komputer pusat , dimana file tersebut lebih mudah di proteksi dari akses atau modifikasai yang tidak berhak , juga penyelamatan dari bencana (disatrs recovery) akan lebih mudah dilakukan karena data hanya berada pada satu lokasi pusat penyimpanan.
Bagaimanapun juga data terpusat mempunyai satu titik kelemahan , yakni ketika komputer pusat tidak berfungsi maka yang lain tidak dapat beroperasi . dan kedangkala kecepatan akses bermasalah , jika user tersebar di berbagai tempat yang jauh dan harus mengerjakan manipulasi senua data , maka akan terjadi kelambatan atau menjadi sangat lambat.

b.   Database terdistribusi
Pengandalan atau sebagian database ke lebih dari satu tempat atau lokasi yang biasanya leboh dekat dengan user . ada 2 data terdistribusi yaitu :

ü  Penggandaan (Copy) semua database ke beberapa lokasi , dengan tujuan utama untuk mengatasi permasalahan terjadinya kegagalan pada database pusat ,selain itu juga meningkatkan respon terhadap akses oleh user.

ü  Partitioned database penggandaan (copy) sebagian database ke suatu tempat atau lokasi lain, biasanya bagian yang di gandakan adalah bagian database yang sangat di butuhkan oleh user pada lokasi tersebut. Pengaksesan akan lebih cepat karena database berada dekat dengan user.


2.   File
File merupakan kumpulan dari record-record . Dengan demikian, hirarchi penyajian data dengan urutan dari kecil kebesar adalah sebagai berikut :
Byte/Character -> Field --> Record --> File

3.   Record
Merupakan kumpulan dari field-field yang membentuk sebuah arti. Misalkan kumpulan field NIRM, NAMA MATERI PENDIDIKAN pada akhirnya membentuk sebuah record.

4.   Field
Merupakan kumpulan dari karakter-karakter yang membentuk suatu arti tertentu; Misalnya, Field untuk Nomor Mahasiswa, Field untuk Nama Mahasiswa, Field untuk Mata Pelajaran dan lainnya.

          5. Byte
adalah bagian terkecil yang dialamatkan dalam memori.byte mrupakan sekumpulan bit yang secara 
konvensional terdiri atas kombinasi delapan bityang menyatakan sebuah karakter dalam memori (I 
byte= I karakter).

            6.  Bit 
adalah sistem binner yang terdiri atas dua macam nilai, yaitu 0 dan 1. sistem binnermerupakan dasar 
yang dapat digunakan untuk komunikasi antara manusia dan mesin, yangmerupakan serangkaian 
komponen elektronik dan hanya dapat membedakan 2 macamkeadaan, yaitu ada tegangan dan tidak 

ada tegangan yang masuk ke rangkaian tersebut.